Jangan salahkan keadaan ayo bangkit kawan

Oleh : Luphiana Melan Saputri*

SMKMUHIYO– Untuk meningkatkan minat dan bakat siswa, SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta  menggunakan dan menggembangkan LMS atau Learning Management System untuk mengaplikasikan sistem Hybrid dan Blendid Learning. Diantara kalian pasti terdengar kata asing bukan?  Ya, tentu saja kata Hybrid dan Blendid Learning itu sendiri sering diartikan sama, yaitu model pembelajaran campuran antara daring atau online dengan tatap muka atau metode konvensional yang mengandalkan kegiatan tatap muka di kelas.

Lantas, apa yang membuat Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia menyarankan sistem tersebut untuk diterapkan di sekolah-sekolah pada saat ini? Apakah sistem ini bisa efektif di masa pandemi seperti ini?

Tingginya kasus positif dan kematian Covid-19 di Indonesia pada saat ini, menyebabkan pemerintah memberlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) di indonesia. Secara otomatis, sekolah juga masih menggunakan sistem PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh).

Tentu saja, banyak dampak yang dirasakan oleh siswa itu sendiri  seperti yang dirasakan Mahadewi, pelajar SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Ia mengatakan bahwa semakin bosan untuk belajar melalui daring, ia tidak sabar untuk kembali bersekolah seperti biasanya yang diamini oleh teman sekelasnya. Mahadewi merupakan kelas X yang baru saja masuk ke SMK tahun ajaran baru. Tentu saja ia ingin melihat bagaimana isi dan suasana kelas, sekolah, laboratorium, studio, dan fasilitas lain yang ada di sekolah. Begitu juga dengan teman-teman barunya yang belum pernah ia lihat sebelumnnya.

Mahadewi  bukan bukan satu-satunya pelajar yang berpikir demikian. Bayu Adi Surya Permana, pelajar kelas XG SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta mengatakan datang ke sekolah masih dihitung jari. “Saya paling kalau dihitung-hitung ke sekolah sekitar  dua atau tiga kali,  itupun termasuk waktu saya (melakukan) daftar (di) sekolah ini,” ucap Bayu sambil tersenyum, saat ditemui penulis Senin (23/8). “Kalau ditanya kenapa ke sekolah,  salah satunya ingin bertemu dengan wali kelas untuk bimbingan langsung,” imbuh Bayu.

Percakapan Bayu dengan Saya merupakan salah satu contoh di mana siswa harus datang ke sekolah karena memiliki kepentingan tertentu. Akan tetapi, tidak semua siswa boleh datang ke sekolah karena dapat menyebabkan kerumunan, apalagi pada masa PPKM seperti ini.  Hanya siswa tertentu saja atau siswa yang memang memiliki kepentingan sesuai dengan izin pihak guru atau sekolah. Meski demikian, siswa dan para pendidik di sekolah wajib mematuhi protokol kesehatan. Misalnya dengan wajib memakai masker dari rumah sampai datang ke sekolah, di sekolah juga terdapat fasilitas wastafel dan sabun untuk mencuci tangan. Selain itu, terdapat petugas kesehatan yang selalu siap di lobi sekolah untuk mengecek suhu tubuh.

Tentu saja tidak semua siswa beruntung seperti Bayu yang bisa melihat fasilitas di sekolah, apalagi pada saat ini banyak siswa yang sudah jenuh  dan bahkan tidak sedikit yang kurang paham dengan materi yang diberikan. Dalam hal ini, peran kreativitas  guru sangat dibutuhkan agar membuat materi yang menarik, misalnya dengan pembelajaran melalui LMS yang dipadukan dengan kuis yang memuat unsur permainan. Metode tersebut akan membuat  siswa antusias dalam belajar.

Saya (penulis) termasuk siswa yang tergolong beruntung. Mengapa demikian? Karena di SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta menggunakan LMS atau e-learning yang dikembangkan oleh tim IT SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta untuk proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Hal ini merupakan wujud aplikasi Hybrid & Blendid learning. Berdasarkan pengamatan saya, tidak semua sekolah menggunakan LMS untuk proses pembelajaran. Masih banyak sekolah yang masih menggunakan metode melalui Whatsapp dan Google Classroom.

Bahkan, setiap malam saya melihat dan membaca tulisan bersumber dari twitter akun @Schfess tentang keluh kesah ataupun segala yang dirasakan oleh pelajar. Saya pernah membaca salah satu tweet yang di dalamnnya terdapat salinan gambar percakapan  grup Whatsapp salah satu sekolah SMA yang ada di indonesia dengan kelas minat jurusan MIPA. Di dalam salinan gambar percakapan tersebut, saya membaca terdapat sekitar empat kelas yang digabung menjadi satu grup percakapan, ketika siswa harus melakukan presensi secara manual.

Hal tersebut memberatkan dan merepotkan siswa bukan? Siswa harus saling berebutdengan siswa lainnya ketika siswa salah melakukan laporan kehadiran. Kendala tersebut yang menyebabkan kerepotan siswa bahkan menyita waktu dalam mengikuti pembelajaran.

Suasana pembelajaran di SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta, satu bulan sebelum masa pandemi Covid-19

Jangan Salahkan Keadaan, Belajar Bisa Di manapun

Kita sebagai pelajar juga tidak boleh menyalahkan keadaan seperti saat ini. Mindset kita perlu diperbaiki.  Sebelumnya saya sering kesal dan mengeluh pada saat pembelajaran daring karena bingung jika ada pertanyaan atau soal yang diberikan dan saya tidak bisa menjawabnnya.

“Begini aja terus! Gimana mau paham coba?! Hanya dikasih materi dalam bentuk PPT & Word setiap hari, mata juga mengantuk dari pagi hingga siang apalagi di depan gawai!” gumam Saya. Saya tidak sengaja membaca cuitan salah satu pengguna twitter yang menyebutkan ‘belajar itu bisa dimana saja, asalkan kita mau mencoba’. Banyak siswa yang sudah bosan dan jenuh,  tetapi apakah kalian pernah memikirkan masih banyak yang tidak seberuntung kalian yang memilki kesempatan belajar meskipun daring?

Selain pentingnya peran guru dan hasil pemikiran siswa  dalam keberlangsungan KBM, peran orangtua juga sangat dibutuhkan pada masa sulit seperti saat ini. Peralatan teknologi seperti smartphone, laptop atau komputer tentu sangat dibutuhkan. Di era modern pada saat ini, teknologi telah berkembang pesat. Internet telah menjadi makanan sehari-hari, apalagi remaja seperti saya. Akan tetapi, tidak semua keluarga mampu dalam memfasilitasi anaknya. Namun, apakah sebagai orangtua tidak akan berusaha untuk anak-anaknya agar bisa belajar dan menjadi  sukses kelak? Sudah pasti orangtua akan berusaha semaksimal mungkin untuk anaknya. Selain memfasilitasi gawai, siasannya orangtua saya juga membelikan paket data atau paket internet setiap bulannya agar pembelajaran dapat berlangsung dengan lancer dan maksimal. Selain memfasilitasi anaknya, orangtua juga harus mendukung dalam pembelajaran di rumah. Apalagi orangtua yang memiliki anak di tingkat Sekolah Dasar. Orangtua harus ekstra keras dalam mengawasi anak-anaknya.

Pandemi jangan dijadikan alasan kita untuk bermalas-malasan. Belajar bisa di mana saja asalkan kita mau mencoba. Tidak harus pelajaran di sekolah saja yang kita pelajari, banyak ilmu yang berguna di luar sana. Semua orang mempunyai problem dan struggle-nya masing-masing. Saatnya kita sebagai penerus bangsa bertanya pada diri kita sendiri, “Apakah aku sudah berusaha semaksimal mungkin hari ini?”

*Penulis merupakan kelas XG Konsentrasi Keahlian Produksi dan Siaran Program Televisi/Broadcasting – SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Selain pernah meraiih Juara 3  Lomba Opini Kategori SMA Tingkat Kota Yogyakarta, Penulis juga aktif sebagai Tim Riset/Naskah dalam Program Project Work  Muhi Broadcasting Class (MBC).